Mimbar Bebas Mahasiswa: Berseru di Hari Jadi Banyumas, Masalah Apa yang Harus Kita Perhatikan?

Mahasiswa Unsoed mengangkat poster berisi keresahan mereka akan problematika Kabupaten Banyumas yang telah berusia 452 tahun pada Aksi Mimbar Bebas yang dilaksanakan pada Kamis, 23 Februari 2023 di Alun-Alun Purwokerto. Dokumentasi: LPM MëMI.

PURWOKERTO, Campussia.com – Mahasiswa Banyumas yang diprakarsai oleh BEM Unsoed 2023 turut memperingati Hari Jadi Banyumas ke-452 yang jatuh pada tanggal 22 Februari lalu dengan cara yang sedikit berbeda, yaitu mengadakan aksi mimbar bebas. Dalam aksinya mereka tidak hanya merayakan euforia, tetapi juga merefleksikan permasalahan-permasalahan yang masih ada di Banyumas.

Menurut Menteri Koordinator Politik dan Pergerakan BEM Unsoed 2023, Mohamad Ade Rafly, dalam aksi mimbar bebas, BEM Unsoed juga dibantu oleh beberapa ormawa seperti BEM  KEMA UMP, BEM AMIKOM, BEM ITTP, FMN, KAMMI, IMM cabang Banyumas, BEM FEB, dan ormawa lainnya untuk menyuarakan aspirasi-aspirasi mereka terkait permasalahan yang ada di Banyumas. Kajian internal dan konsolidasi dalam rangka memaparkan gagasan-gagasan dari berbagai elemen mahasiswa telah dilaksanakan. Berdasarkan hasil konsolidasi pada Senin (20/2), teknis aksi yang dilakukan ialah melalui propaganda media dan mimbar bebas. Propaganda media dengan pembagian selebaran-selebaran yang berisi empat isu telah dijalankan. 

Beberapa permasalahan sejatinya sedang dihadapi oleh Kabupaten Banyumas, seperti tingginya angka kemiskinan, ketimpangan antara penurunan kemiskinan dan pengangguran, rendahnya rata-rata lama sekolah, angka stunting yang belum tuntas, dan konflik agraria di Ajibarang. Tingkat kemiskinan di Banyumas lebih tinggi dari tingkat kemiskinan di Jawa Tengah dan Indonesia secara umum. Masalah lain yang dihadapi oleh Banyumas meliputi kesenjangan pendidikan, yang dilihat dari rata-rata masyarakat Banyumas hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga kelas 1 SMP. Angka kasus stunting yang masih tinggi juga masih menjadi PR Pemerintah Banyumas. Konflik agraria di Ajibarang juga menjadi contoh bahwa pemenuhan hak atas tanah untuk kaum tani masih belum sepenuhnya dilaksanakan. Semua permasalahan ini mempengaruhi tingkat kemiskinan di Banyumas dan seluruh Indonesia.

Oleh karena itu, perlu adanya kesadaran dari masyarakat akan permasalahan-permasalahan yang ada di Banyumas dan pemerintah juga harus menyadari hal tersebut. Para mahasiswa yang melakukan aksi di Banyumas berharap aksi ini dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat setempat dan mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan yang efektif. Di sisi lain, mahasiswa-mahasiswa tersebut juga berkomitmen untuk terus mengawal isu-isu yang ada di daerah mereka melalui berbagai bentuk advokasi dan kegiatan lainnya. Dengan demikian, diharapkan bahwa upaya ini dapat membantu memperbaiki situasi di Banyumas dan Indonesia pada umumnya.

Dukungan pun datang dari pihak kepolisian Banyumas yang juga turut mengawal jalannya aksi mahasiswa tersebut. Dalam percakapan dengan LPM MëMI pada (23/02) lalu, Kapolres Banyumas, Kompol Ismanto, menyampaikan bahwa pihak kepolisian bersyukur aksi tersebut berjalan lancar tanpa mengganggu ketertiban masyarakat. “Saya ucapkan terima kasih kepada mahasiswa karena telah menyampaikan pendapat dengan tertib, tidak mengganggu ketertiban masyarakat. Dan kami sebagai kepolisian berkewajiban mengamankan, karena menyampaikan pendapat adalah hak yang dilindungi oleh institusi,” ujar Kompol Ismanto.

Terkait apakah ada akses masuk ke gedung untuk audiensi dengan jajaran Bupati, Kompol Ismanto menjelaskan bahwa pihak kepolisian tidak bisa menjawabnya dan menyarankan untuk mengajukan surat ke Kesekretariatan Pemda. Selain itu, Kompol Ismanto juga mengatakan bahwa pihak kepolisian telah dikabarkan mengenai prosedural aksi tersebut dari pemberitahuan kemarin. Sebagai bentuk tanggapan, pihak kepolisian melakukan pengamanan dari PKM sampai ke lokasi aksi.

Reporter: Abdiya Syakuro, Nita Maysaroh, Puput Azizah Yuliana, Rizki Awaludin Amani, Titis Rahma Amalia, Trianto | Transkriptor: Annisa Nur Mareta, Titis Rahma Amalia | Penulis: Abdiya Syakuro | Editor: Puput Azizah Yuliana

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *