Huru-Hara Covid-19, FEB Terapkan Kuliah Daring

Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengikuti Surat Edaran dari Rektor dengan memberlakukan sistem kuliah jarak jauh atau daring (dalam jaringan) hingga berakhirnya semester genap dan menangguhkan mobilitas serta kegiatan kemahasiswaan yang dapat menyebabkan kerumunan massa.

Surat Edaran Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jenderal Soedirman

Campussia.com – Purwokerto (13/03) Menanggapi turunnya Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan terkait adanya pandemi Covid-19 (Corona Virus Disease 2019) yang terus meningkat dan masif, Universitas Jenderal Soedirman mengeluarkan Surat Edaran ke seluruh fakultas yang ada.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis mengikuti Surat Edaran dari Rektor dengan memberlakukan sistem kuliah jarak jauh atau daring (dalam jaringan) hingga berakhirnya semester genap dan menangguhkan mobilitas serta kegiatan kemahasiswaan yang dapat menyebabkan kerumunan massa.

Saat diwawancarai terkait Surat Edaran tersebut, Dr. Adi Indrayanto, S.E, M.Sc selaku Wakil Dekan Bidang Akademik mengaku keputusan dari Rektor adalah mutlak dan mengikuti aturan tertinggi.

“Aktivitas perkuliahan dibatasi, tapi tidak diliburkan, metode KBM dan Praktikum tatap muka akan dilaksanakan secara daring (online), dengan desain online diserahkan kepada masing-masing dosen,” tuturnya.

Di sisi lain, dalam menanggapi Surat Edaran FEB tersebut, mahasiswa banyak yang merasa kebingungan dari segi akademik maupun non akademik. Kegiatan akademik sedikit terganggu karena adanya ketidaksiapan sistem.

“Dari Fakultas maupun Unsoed sebenarnya belum siap. Oleh karena itu, dosen diminta untuk meningkatkan kompetensinya. Universitas hanya mengikuti anjuran dari pemerintah. Wakil Dekan  mengharapkan mahasiswa dapat lebih aktif terkait KBM yang dilakukan dengan model online ini. Kampus lain sudah cukup tangguh, namun di Unsoed memang belum teruji,” ungkap Dr. Adi Indrayanto.

Kemudian dari sisi non akademik, sebagian mahasiswa yang aktif di organisasi mengeluhkan adanya sistem ini. Mereka khawatir dengan banyaknya program kerja yang nantinya tidak dapat terealisasi bersamaan dengan mahasiswa yang akan kembali ke kampung halamannya. Terlebih dikhawatirkan lagi adalah mahasiswa yang memilih pulang ke kampung halamannya. Di mana daerah tujuannya berkemungkinan tidak aman dari penyebaran Covid-19 yang sudah merabah ke setiap daerah. Sedangkan mahasiswa Unsoed sebagian berasal dari luar Purwokerto.

“Tidak ada sosialisasi setelah surat edaran turun, harusnya dijelasin sistem onlinenya, mengimbau untuk tidak mudik bagi mahasiswa yang berdomisili di wilayah yang terpapar virus corona,” ungkap Lutfi salah satu mahasiswa FEB.

Wakil Dekan I menerangkan terkait kegiatan kemahasiswaan nantinya. “Kegiatan kemahasiswaan akan dibatasi, desain agenda disesuaikan dengan masing-masing HIMA, daring tidak mengganggu jadwal akademik, proker diskusi : kalau bisa dilakukan secara online saja demi menghindari virus corona, intinya membatasi sebuah perkumpulan.”

Beliau juga mendorong kita bersama untuk aware dengan kondisi saat ini. “Diharapkan semua pimpinan UKM untuk membuat grup dan menambahkan Wakil Dekan I, Wakil Dekan III, agar lebih mudah dalam mengajukan pertanyaan.”

Melaui kuesioner yang dibuat LPM Mëmi pada Senin (16/03) Dari kuesioner tersebut diperoleh sebanyak 627 responden. Berikut ini adalah diagram responden FEB Unsoed menanggapi diberlakukannya sistem kuliah daring (e-learning).

Diagram 1.1 Suara Mahasiswa FEB UNSOED terkait sistem daring
Diagram 1.2 Mahasiswa FEB UNSOED (berdomisili di luar Purwokerto) Memilih Menetap di Purwokerto

Berikut beberapa tanggapan mahasiswa FEB terkait keputusan Dekan yang sudah diberlakukan hingga saat ini.

“Sebetulnya tanggapan dari pihak Dekanat memberikan kita kelas perkuliahan secara online itu benar, mengingat dan mempertimbangkan kondisi saat ini juga. Lebih baik mencegah daripada kita harus terpapar virus tersebut. Secara di sosial media para pemimpin negara dan influencer yang lain sudah saling mengingatkan betapa pentingnya kita untuk mencegah agar tidak terkena virus tersebut dengan cara social distancing,” ungkap responden ke 164.

“Menurut saya metode daring ini memang belum efektif, akan tetapi bisa mengurangi risiko tertular penyakit corona, karena tidak mungkin dalam waktu 2 minggu masalah corona akan teratasi, dalam fase ini corona tidak akan turun atau lingkungan akan menjadi aman dalam waktu dekat, sehingga menurut saya lebih aman menggunakan metode daring, sehingga kesehatan, dosen, mahasiswa, dan sivitas akademika lebih terjamin,” ungkap responden ke 300.

Tim Liputan :

Anisa Nurul Kusumawardhani

Damar Haryo Kusumo

Kurnia Khayaturohmah

Riezky Nur Fazriecha

Editor :

Redaktur LPM MëMI 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *