Waspada Demokrasi : Benarkah Degradasi Ruang Kritik Menyulut, Sebab Aspirasi Makin Surut?

 

“Esensi dari DLM ya untuk KMFEB dan sekre. Dimana yang memfasilitasi aspirasi dari KMFEB atau sekre untuk kinerja BEM FEB. Jadi, kalau tidak ada aspirasi dari DLM juga bingung sebenernya, ini sebenarnya apa yang mau dinilai. Sedangkan DLM sebagai yang memfasilitasi misalnya lewat foras untuk menilai kinerja BEM”, tutur Daffa Ammar selaku Wakil Ketua Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) Feb Unsoed. Stagnannya suara aspirasi KMFEB menjadi titik berat atas tidak efektifnya demokrasi yang berlangsung di kampus ekonomi dan bisnis. 

Sabtu (20/08/2022) pukul 10.30 WIB Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) telah mengumumkan terkait pembatalan gelaran Forum Aspirasi 2. Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) sendiri sebelumnya telah merencanakan gelaran Forum Aspirasi 2 pada hari Sabtu (20/08/2022) pukul 09.30 WIB yang bertempatkan di ruang B202. Namun, karena kuota forum dalam forum aspirasi tersebut masih belum memenuhi, yaitu < 50% + 1 dari peserta yang diundang yakni perwakilan KMFEB dan Sekretariat FEB, sehingga gelaran Forum Aspirasi 2 oleh DLM dibatalkan.

Forum Aspirasi kedua ini memang menjadi forum offline pertama sebagai bentuk pewadahan vokal bagi KMFEB. Majelis yang berlangsung dengan hanya dihadiri oleh empat lembaga sekretariat FEB dari Himesbang, Jagrawecya, Fosei, dan LPM MeMI dengan perwakilannya masing masing, membuat forum harus dihentikan. “Ijin tidak hadir dari beberapa sekre ada, tapi ada beberapa yang ijin saat acara ini dibatalkan kaya EFEC. Dia Personal Chat (PC) setelah pukul 10.30 atau saat forum dibatalkan meskipun belum secara resmi diumumkan. Tapi yang tahu forum dibatalkan, kenapa dibatalkan, tau yang ada di dalamnya siapa aja. Cuma sekre yang hadir tersebut dan spesifikasinya ada di daftar hadir yang di-post oleh DLM”, Rafi selaku Ketua Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) menyatakan terkait  adanya perizinan yang sudah dilayangkan oleh beberapa sekre untuk tidak menghadiri forum sekaligus memberitahukan adanya publikasi pemasangan press release mengenai spesifikasi kehadiran di laman instagram DLM FEB Unsoed. 

Masih terkait perizinan, Rafipun menyatakan bahwa ada beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Himpunan Mahasiswa (HIMA) yang tidak menghadiri forum dengan alasan berkegiatan. Dengan catatan izin yang Rafi buka kembali ia melansirkan diantaranya Himpunan Mahasiswa Manajemen (HMJM) yang terhalang dengan adanya gelaran internal, Economic and Business Faculty English Club (EFEC) secara bersamaan sedang menghadirkan pendelegasian Top Man dan perlombaan, sementara itu Rafi sempat menyebut UKM Bursa yang dikutip dari pernyataannya tidak mendapat izin kehadiran, “Bursa ke aku ngga izin tapi ngga tahu ke persidangan sama Sekertaris Umum (Sekum) perlu dikonfirmasi lagi. Kan kita liat Bursa di kampus lagi 17-an lagi main-main. Itu urusan mereka yang main-main, tapi ada sekitar 70 orang pengurus bursa dari pimpinan paling tinggi sampai staff ngga ada satupun yang datang aku nggak tahu mereka izin atau nggak”. Ditambahkannya dari Himpunan Mahasiswa Pendidikan Ekonomi (HMPE) yang secara keterangan akan hadir, namun nyatanya tidak ada satupun perwakilan yang menyertai forum. “Padahal yang kita minta dua orang, nggak mungkin semuanya melakukan hal tersebut”, ungkapan kekecewaan Rafi atas kebijakan yang dipilih dari beberapa lembaga sekretariat FEB.

Proses publikasi dan follow up perihal forum aspirasi sudah digencarkan Dewan Lembaga Mahasiswa (DLM) dari tanggal 17 Agustus, “17 Agustus udah mulai menyebarkan undangan terbuka. selasa malam atau rabu itu undangan terbuka”, ungkap Rafi memvalidasi awal mulai penyebaran. Perwakilan dari representatif DLM inipun menyebutkan bahwa acap kali mengingatkan dalam grup whatsapp ketua UKM/HIMA bahwasannya tamu partisipan adalah ketua lembaga atau jajaran pimpinan yang bisa mewakilkan. “Tapi kan misal kalau ketua atau perwakilan pimpinan nggak bisa hadir ya kita ga bisa membatasi perwakilan yang mereka bisa percaya untuk mereka kirimkan ke Forum Aspirasi dan menyalurkan aspirasi organisasinya, itu yang sangat disayangkan”, imbuh Rafi.

Secara subjektif Rafi menambahkan, perwakilan DLM ini mengakui dirinya merupakan salah satu anggota dari program kerja debat Economic and Business Faculty English Club (EFEC), ia menerima banyak aspirasi pengurus EFEC yang ingin disampaikan untuk eksekutif. “Tapi di kuesioner mereka tidak mengisi apa yang mereka sebutkan waktu ngobrol langsung. Tapi karena sudah ngobrol langsung bisa disampaikan waktu Bisma dan aku ketua DLM dan wakil saat rapat kerja”, jelas Rafi. Ketua Umum DLM ini menyayangkan jika aspirasi dari semua organisasi tidak dapat disampaikan secara vokal. “Entah mereka malu, entah mereka takut, entah mereka nggak peduli, sangat disayangkan sebetulnya. Kalau memang takut emang eksekutif mau ngapain, kalo misal malu emang apa yang memalukan dari menyampaikan aspirasinya, dan entah alasan-alasannya lainnya”, ungkap Rafi kembali memberi keresehannya. 

Tiga perwakilan KMFEB ikut mengomentari atas fenomena yang digadang-gadangkan sebagai fenomena demokrasi yang hilang. Dua orang diantaranya mengakui bahwa telah mengetahui adanya forum aspirasi ini entah saat diadakan secara online maupun offline. “Tahu dari pamflet yang dibagikan oleh DLM FEB Unsoed, melalui media sosial dan menempatkan di mading FEB acara langsung”, ucap salah seorang perwakilan yang memvalidasi adanya publikasi dari DLM. 

Sementara, satu narasumber lainnya mengamini bahwa informasi belum sampai padanya, “Kebetulan saya sendiri dari OR (Olahraga) belum dikasih tahu, jadi saya belum tahu ada informasi terkait FORAS”, ujar salah seorang pengurus UKM Olahraga (OR) yang mengungkapkan tidak ada informasi yang disampaikan terkait FORAS offline kali ini. Ia Pun kembali menambahkan kegiatan FORAS dilaksanakan secara offline sebenarnya cukup efektif, tapi rendahnya sosialisasi yang digencarkan kepada seluruh KMFEB menjadi hambatan terbesar di kampus ekonomi dan bisnis. Kurangnya sosialisasi dan pemberitahuan ini didukung oleh perwakilan KMFEB lain yang menyatakan masih perlunya penggencaran yang masif terkait forum tersebut.

Saran lainnya pun dilayangkan untuk diadakannya masa peralihan dari online ke offline, sehingga dapat dijalankan dengan sistem hybrid. Berkaca dari FORAS yang terlaksana secara offline menjadi salah satu media yang lumayan sulit untuk mendatangkan mahasiswa. 

Nasib Forum Aspirasi Dua

Kelanjutan foras sudah dipastikan dibatalkan, Rafi selaku ketua DLM FEB Unsoed menjelaskan,  “kita melakukan forum aspirasi 3 kali, yang kedua itu udah dibatalkan”. dengan adanya berita acara terkait pembatalan Forum Aspirasi (FORAS) oleh DLM FEB Unsoed sudah pasti proker ini gagal. Rafi menambahkan “Kalo aku boleh langsung to the point, FORAS kan proker ya. Pasti dikatakan gagal di musyawarah anggota, nah itu memang perlu disampaikan juga kalo kita perlu belajar kalo proker ini gagal”. Secara perspektif pribadi Rafi mengatakan, “kalo misalkan boleh sedikit defensif juga ini juga merupakan permasalah organisasi-organisasi eksternal lain, tapi bedanya DLM sebagai fasilitator demokrasi terkhusus itu pengawasan terhadap eksekutif, kita tidak bisa bergerak  kalo kmfeb ga bisa bergerak. Misal kita mengadakan forum sebesar apapun dan memfasilitasi dengan sebaik mungkin kalo misal dari mereka ga mau hadir ya, ya itu tetap aja. 

Buka Data

Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) menggelar forum aspirasi sebagai bentuk fasilitas untuk KMFEB agar dapat menyampaikan aspirasi KMFEB atau sekretariat organisasi untuk kinerja BEM pada periode yang sedang berjalan. Keresahan Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) atas ketergantungan suara mahasiswa ini ternyata terus berlanjut menjadi tugas besar yang belum mencapai target semestinya.  Jika dikulik kembali pada Forum Aspirasi pertama di periode 2022, Foras hanya mampu menggaet 60 sampai 70 peserta dengan 50 sampai 40 partisipan berasal dari internal DLM sendiri. Forum yang terlaksana secara online ini disiasati oleh DLM dengan mewajibkan mengirim sejumlah minimal tiga atau empat perwakilan organisasi. “Itu ada yang nggak dateng, mungkin dari segi kedatangan teman teman sekre lebih mudah ya karena online. Tapi yang menjadi atensi di forum yang memberikan aspirasi itu sedikit. Walaupun kita tahu sudah banyak kerjasama oleh BEM, kita harus ngobrol berdua dulu sama sekre. Tapi aspirasi di foras pada saat itu nggak banyak yang memberikan aspirasi. Kemarin cuman EFEC doang yang memberikan aspirasi yang lain itu hanya cukup cukup sampai habis. Ketika kita menyebar kuisioner itu ada aspirasi yang dituangkan. Jadi runtutan acaranya kan FORAS lalu kuesioner. Di FORAS dan kuesioner itu sebagai penilaian kinerja BEM”, ungguh Daffa Ammar menjelaskan bahwa meski forum dapat dihadiri oleh perwakilan organisasi, namun esensi atas aspirasi dalam forum masih begitu pasif. Lalu apakah kepasifan dan sulitnya memenuhi kehadiran forum memang menjadi pertanda adanya skeptisan yang cukup besar dalam lingkup mahasiswa ekonomi dan bisnis?.

Mengulas kembali data kuantitatif yang didapati Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) pada periode 2021. Pada tanggal 9 Mei 2021, merupakan forum aspirasi pertama yang digelar pada periode ini. Dihadiri oleh 33 partisipan yang berasal dari perwakilan organisasi dan KMFEB, sementara DLM mengisi dengan jumlah 45 peserta. Perolehan total forum sejumlah 78 delegasi menjadi kehadiran terbanyak selama dua periode yang sudah berlangsung hingga saat ini. 

Namun, pada FORAS kedua yang terlaksana pada 14 September 2021, terdapat degradasi yang cukup signifikan pada wakil KMFEB dan Organisasi yakni hanya tiga partisipasi yang mampu memenuhi forum. Begitu pula dengan internal DLM yang hanya memenuhi 42 kursi kosong dalam forum. Meski hanya didapati tiga representatif atas vokal keresahan KMFEB yang hadir, forum ini tetap berjalan seperti yang sudah dicanangkan. 

Begitu pula, pada Forum Aspirasi ketiga yang merupakan forum aspirasi terakhir pada periode 2021. Wakil KMFEB dan organisasi lagi lagi hanya mencapai dua partisipan. Dalam persentase, 90% DLM kembali menjadi tamu terbanyak pada tuan rumahnya sendiri, sebanyak 71 partisipasi yang ikut disertai oleh pengurus tetap dan anggota magang.

DLM Tanggapi Masalah

Keadaan ini memang tidak bisa dikesampingkan, realitas bahwa mahasiswa memerlukan ruang vokal untuk mengkritik dan menilai yang diungkapkan dalam ruang publik yang tidak seharusnya menjadi wadah mempergelarkan stagnannya demokrasi. Stabilnya tingkat kerendahan kehadiran KMFEB dan atensi yang dirasa makin sunyi, sudah semestinya menjadi fokus tuan rumah penyelenggara. Dewan Legislatif Mahasiswa (DLM) mengakui belum pernah diadakannya forum formal antara internal DLM untuk membahas solusi dari permasalahan tersebut. “Tapi di awal kepengurusan kita udah pernah menyebarkan suatu riset tentang partisipan demokrasi di lingkup FEB, dan itu yang isi 10% aja nggak ada, sekitar 200 ke bawah. Yang isi sedikit banget. Dan banyak yang isi mereka non organisasi, tidak memilih Pemira, kita cuma pernah melakukan riset sampai disitu saja. Cuma terkhusus pada partisipasi pemira tahun kemarin”, tambah Rafi. Perbincangan non formal sudah sering dibahas di internal DLM karna hal ini sudah menjadi keresahan yang menahun. Daffa menyambungkan terbitnya riset perspektif menjadikan gerakan pertama saat DLM menjabat didasari karena keresahan atas kepasifan KMFEB dan minimya partisipasi demokrasi. Ia menyebutkan jika dipertimbangakan dengan jumlah mahasiswa aktif KMFEB sekitar 2500 hingga 300 pengisian perspektif tidak lebih dari 10% artinya hanya sekitar 130 responden yang memberi tanggapan.

“Sebenarnya aspirasi yang diciptakan oleh DLM ini sangat fleksibel dan mudah, karena kita ada aspirasi online itu sudah ada pamfletnya dan sudah disebar, di 18 sekre kemarin, dan beberapa titik mading. Sebenarnya mudah kalo mengepresikan keresahan, tapi kalo lihat dari aspirasi online nggak lebih dari lima”, tutur Daffa. Menurutnya, hal ini menjadi keresahan atas esensi DLM untuk menarik aspirasi kinerja BEM FEB yang masih belum digubris oleh KMFEB, meski sudah difasilitasi scane barcode yang dalam pandangan DLM ini merupakan wadah termudah untuk mengutarakan kritik bersama. “Sekadar scane barcode aja nggak mau apalagi forum forum”, ucap Daffa menutup sesi wawancara.

Penulis : Sekar Yumna Salsabila ; Tim Redaksi LPM MëMI 

Sumber : Tim Litbang LPM MëMI

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *